Diposting oleh
RANIARDINA
|
20.15
|
ARTI SAHABAT
Oleh: Rani Ardina
Nabela, nama itu kembali teringat oleh Dina. Dia adalah teman Dina yang selalu ada dalam ingatannya, Dina dan Nabela selalu bersama dalam keadaan suka maupun duka. Sudah enam tahun mereka bersama, tapi sekarang itu hanyalah sebuah kenangan bagi Dina. Nabela bagi Dina adalah sahabat yang tidak akan pernah ada gantinya. Nabela adalah anak murid pindahan dari Malaysia. Alasan orang tuanya memindahkan Nabela adalah karena orang tua Nabela sekarang dalam persidangan perceraian. Ibunya tidak mau Nabela terus-menerus memikirkan itu. Akhirnya ibunya memindahkan dia. Sekarang Nabela tinggal bersama tantenya. Katanya orang tua Nabela sedang memperebutkan hak asuh terhadapNabela. Dan itu juga alasan ibu Nabela memindahkannya ke Taluk Kuantan tempat tantenya berada.
Peristiwa itu terjadi tiga tahun yang lalu. waktu itu mereka berada di kantin sekolah, Dina sedang marah-marah kepada Nabela, karena Nabela menghilangkan jam tangan kesayangan Dina. Jam tangan itu adalah hadiah ulang tahun dari Nabela. Dan Nabela meminjamnya tanpa izin kepada Dina.
“kamu kemanakan jam tanganku Bel?” kata Dina dengan marah
“iya, nanti kuganti” (suara Dina agak melemah)
“aku tidak mau kamu menggantinya, karena jika kamu menggantimya pasti tidak akan sama dengan yang aslinya, jam tangan itu sangat berharga bagiku, jika kamu tidak menemukannya aku tidak akan mau berbicara denganmu ”
Dina memukul meja yang ada di kantin karena semakin marahnya kepada Nabela. Muka Dina merah karena menahan marah kepada Nabela. Nabela dengan keadaan sedih dia hanya terkejut dan pergi dari kantin tersebut. Dina tahu kalau sahabatnya itu terluka, sebenarnya ia tidak bermaksud untuk menyakiti sahabatnya itu. Tapi karena ia hanya menuruti nafsunya, akhirnya kemarahan itu terlontar dari mulut Dina. Dina hanya diam di kantin dengan perasaan menyesal. Tidak terasa mutiara bening jatuh di pipinya.
Sudah beberapa hari Nabela tidak datang ke sekolah. Dina merasa risau.
“Apakah dia sakit? apa yang terjadi?” Dina bertanya-tanya dalam hati.
Benak dan pikirannya di hantui oleh seribu satu pertanyaan. Dina takut kalau Nabela tidak sekolah karena permasalahan jam tangan itu. Dina memutuskan untuk datang kerumah Nabela sepulang sekolah untuk menjawab semua pertanyaan yang ada dalam batinnya. Tapi ia merasa segan, niatnya terhenti di situ.
Tidak lama kemudian setelah Dina memutuskan untuk datang kerumah Nabela, tiba-tiba handphone Dina berbunyi.
“Ring, riiiiiiing, riiiiiiing”
Dina mengambil handphonenya ternyata tante Nabela yang memanggil. Tiba-tiba jantung Dina berdetak kencang, entah mengapa Dina tidak tahu.
“Hallo, assalamualaikum”
“Waalaikum salam”
“ada apa Tante?”
“bisa tidak Dina kerumah Tante sebentar, ada sesuatu yang ingin Tante kasih tahu.”
“bisa Tante, sebetar lagi Dina akan kesana”
Perasaan Dina semakin tidak menentu setelah Tante menelpon. Ia takut ada sesuatu yang akan terjadi. Dengan perasaan yang kacau Dina pergi kerumah Nabela menaiki sepeda motornya.
Setelah sampai di rumah Nabela, Dina mengetuk pintu rumah Nabela.
“Tok.. tok.. tok.. asssalamualaikum!!!”
“Waalaikum salam” terdengar balasan salam dari dalam rumah.
Kemudian Tante Nabela membukakan pintu, Dina tidak melihat Nabela ada di dalam rumah, mata Dina memandang ke kamar Nabela namun ia tak melihat tidak ada orang di kamar itu.
“Nabela kemana Tante?”
“Itulah yang ingin Tante ceritakan, sebenarnya Nabela telah pergi ke Malaysia. katanya hak asuh terhadap Nabela jatuh ke tangan Ayahnya, oleh karena itu ayahnya menjemputnya kesini, sebenarnya ia ingin sekali berpamitan denganmu, tapi ayahnya ingin cepat-cepat saja, dan dia hanya sempat menitipkan amplop ini kepada Tante”
Tidak satupun kata-kata yang terlontar dari mulut Dina. Ia hanya diam dan menangis mendengar kata-kata Tantenya Nebela. Dina membuka amplop itu, ternyata di dalam amplop itu terdapat jam tangan yang ia pinjam kemarin, tangisan Dina semakin deras. Di dalam amplop itu terdapat segores tulisan.
“Dina ma’afkan aku telah membuatmu marah, karena telah menghilangkan jam tangan kesayanganmu, sepulang kamu memarahiku aku langsung mencarinya ternyata terletak di kamar mandi. Terima kasih kamu telah menghargai pemberianku dan menjaga hubungan persahabatan kita selama ini, dan kamu telah memberi cahaya hidupku selama ini. Terima kasih sekali lagi karena kamu telah mengajariku arti persahabatan salama ini. Aku pergi bukan karena marah padamu, tapi ternyata hak asuh terhadap diriku ternyata jatuh ketangan Ayahku, aku terpaksa pergi bersama ayahku. Aku berharap kamu mengerti posisiku saat ini. Jaga dirimu baik-baik. Aku akan selalu merindukanmu.Dina menangis seakan-akan air matanya tidak bisa di hentikan,kalau boleh ia ingin meraung sekuat hatinya. Ia ingin memeluk dan meminta ma’af kepada Nabela, namun apa boleh buat semua itu sudah terlambat, Nabela telah pergi ke Negeri seberang.
ARTI SAHABAT
Oleh: Rani Ardina
Nabela, nama itu kembali teringat oleh Dina. Dia adalah teman Dina yang selalu ada dalam ingatannya, Dina dan Nabela selalu bersama dalam keadaan suka maupun duka. Sudah enam tahun mereka bersama, tapi sekarang itu hanyalah sebuah kenangan bagi Dina. Nabela bagi Dina adalah sahabat yang tidak akan pernah ada gantinya. Nabela adalah anak murid pindahan dari Malaysia. Alasan orang tuanya memindahkan Nabela adalah karena orang tua Nabela sekarang dalam persidangan perceraian. Ibunya tidak mau Nabela terus-menerus memikirkan itu. Akhirnya ibunya memindahkan dia. Sekarang Nabela tinggal bersama tantenya. Katanya orang tua Nabela sedang memperebutkan hak asuh terhadapNabela. Dan itu juga alasan ibu Nabela memindahkannya ke Taluk Kuantan tempat tantenya berada.
Peristiwa itu terjadi tiga tahun yang lalu. waktu itu mereka berada di kantin sekolah, Dina sedang marah-marah kepada Nabela, karena Nabela menghilangkan jam tangan kesayangan Dina. Jam tangan itu adalah hadiah ulang tahun dari Nabela. Dan Nabela meminjamnya tanpa izin kepada Dina.
“kamu kemanakan jam tanganku Bel?” kata Dina dengan marah
“iya, nanti kuganti” (suara Dina agak melemah)
“aku tidak mau kamu menggantinya, karena jika kamu menggantimya pasti tidak akan sama dengan yang aslinya, jam tangan itu sangat berharga bagiku, jika kamu tidak menemukannya aku tidak akan mau berbicara denganmu ”
Dina memukul meja yang ada di kantin karena semakin marahnya kepada Nabela. Muka Dina merah karena menahan marah kepada Nabela. Nabela dengan keadaan sedih dia hanya terkejut dan pergi dari kantin tersebut. Dina tahu kalau sahabatnya itu terluka, sebenarnya ia tidak bermaksud untuk menyakiti sahabatnya itu. Tapi karena ia hanya menuruti nafsunya, akhirnya kemarahan itu terlontar dari mulut Dina. Dina hanya diam di kantin dengan perasaan menyesal. Tidak terasa mutiara bening jatuh di pipinya.
Sudah beberapa hari Nabela tidak datang ke sekolah. Dina merasa risau.
“Apakah dia sakit? apa yang terjadi?” Dina bertanya-tanya dalam hati.
Benak dan pikirannya di hantui oleh seribu satu pertanyaan. Dina takut kalau Nabela tidak sekolah karena permasalahan jam tangan itu. Dina memutuskan untuk datang kerumah Nabela sepulang sekolah untuk menjawab semua pertanyaan yang ada dalam batinnya. Tapi ia merasa segan, niatnya terhenti di situ.
Tidak lama kemudian setelah Dina memutuskan untuk datang kerumah Nabela, tiba-tiba handphone Dina berbunyi.
“Ring, riiiiiiing, riiiiiiing”
Dina mengambil handphonenya ternyata tante Nabela yang memanggil. Tiba-tiba jantung Dina berdetak kencang, entah mengapa Dina tidak tahu.
“Hallo, assalamualaikum”
“Waalaikum salam”
“ada apa Tante?”
“bisa tidak Dina kerumah Tante sebentar, ada sesuatu yang ingin Tante kasih tahu.”
“bisa Tante, sebetar lagi Dina akan kesana”
Perasaan Dina semakin tidak menentu setelah Tante menelpon. Ia takut ada sesuatu yang akan terjadi. Dengan perasaan yang kacau Dina pergi kerumah Nabela menaiki sepeda motornya.
Setelah sampai di rumah Nabela, Dina mengetuk pintu rumah Nabela.
“Tok.. tok.. tok.. asssalamualaikum!!!”
“Waalaikum salam” terdengar balasan salam dari dalam rumah.
Kemudian Tante Nabela membukakan pintu, Dina tidak melihat Nabela ada di dalam rumah, mata Dina memandang ke kamar Nabela namun ia tak melihat tidak ada orang di kamar itu.
“Nabela kemana Tante?”
“Itulah yang ingin Tante ceritakan, sebenarnya Nabela telah pergi ke Malaysia. katanya hak asuh terhadap Nabela jatuh ke tangan Ayahnya, oleh karena itu ayahnya menjemputnya kesini, sebenarnya ia ingin sekali berpamitan denganmu, tapi ayahnya ingin cepat-cepat saja, dan dia hanya sempat menitipkan amplop ini kepada Tante”
Tidak satupun kata-kata yang terlontar dari mulut Dina. Ia hanya diam dan menangis mendengar kata-kata Tantenya Nebela. Dina membuka amplop itu, ternyata di dalam amplop itu terdapat jam tangan yang ia pinjam kemarin, tangisan Dina semakin deras. Di dalam amplop itu terdapat segores tulisan.
“Dina ma’afkan aku telah membuatmu marah, karena telah menghilangkan jam tangan kesayanganmu, sepulang kamu memarahiku aku langsung mencarinya ternyata terletak di kamar mandi. Terima kasih kamu telah menghargai pemberianku dan menjaga hubungan persahabatan kita selama ini, dan kamu telah memberi cahaya hidupku selama ini. Terima kasih sekali lagi karena kamu telah mengajariku arti persahabatan salama ini. Aku pergi bukan karena marah padamu, tapi ternyata hak asuh terhadap diriku ternyata jatuh ketangan Ayahku, aku terpaksa pergi bersama ayahku. Aku berharap kamu mengerti posisiku saat ini. Jaga dirimu baik-baik. Aku akan selalu merindukanmu.Dina menangis seakan-akan air matanya tidak bisa di hentikan,kalau boleh ia ingin meraung sekuat hatinya. Ia ingin memeluk dan meminta ma’af kepada Nabela, namun apa boleh buat semua itu sudah terlambat, Nabela telah pergi ke Negeri seberang.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar